Sabtu, 23 Oktober 2010

Mamalia Aneh yang Punah: Berbagi Leluhur dengan Hewan Pengerat dan Primata

 
Selasa, 12 Oktober 2010 - "Kerangka ini bertahan dalam tiga dimensi, yang memungkinkan kami bisa melihat morfologi tulangnya dengan cara yang tidak bisa kami lakukan sebelumnya."

Peneliti dari Universitas Florida menyajikan bukti fosil baru dari mamalia Amerika Utara berusia 55 juta tahun yang masih sangat terawat baik, diindikasikan berbagi nenek moyang yang sama dengan hewan pengerat dan primata, termasuk manusia.
Penelitian ini, yang disajikan dalam Zoological Journal of the Linnean Society edisi 11 Oktober, mendeskripsikan anatomi tengkorak dari mamalia punah, Labidolemur kayi. CT scan beresolusi tinggi pada spesimen ini memungkinkan peneliti mempelajari rincian dalam tengkorak, termasuk struktur tulang yang lebih kecil dari sepersepuluh milimeter. Kesamaan fitur tulangnya dengan mamalia lain menunjukkan bahwa L. kayi memiliki kekerabatan dengan hewan pengerat, kelinci, lemur terbang, tikus pohon, dan primata.
Paleontolog vertebrata Universitas Florida, Jonathan Bloch, memeriksa kerangka penuh Labidolemur kayi, mamalia punah berusia 55 juta tahun dengan adaptasi ekologis yang aneh. Perekat cokelat-kemerahan digunakan selama proses persiapan untuk menyatukan kerangka. Foto ini diambil pada Kamis 30 September 2010, di Museum Sejarah Alam Florida. (Kredit: Museum Florida, foto oleh Kristen Grace)
Para peneliti mengatakan, informasi baru ini akan membantu penelitian yang akan datang untuk lebih memahami asal-usul primata.
“Spesimen ini salah satu di antara semua tengkorak apatemyid yang diketahui tidak tergencet menjadi rata,” kata penulis mitra studi, Jonathan Bloch, seorang kurator asosiasi paleontologi vertebrata di Museum Sejarah Alam Florida di kampus UF. “Kerangka ini bertahan dalam tiga dimensi, yang memungkinkan kami bisa melihat morfologi tulangnya dengan cara yang tidak bisa kami lakukan sebelumnya.”
Para ilmuwan telah membantah hubungan Apatemyidae, keluarga yang meliputi L. kayi, selama lebih dari satu abad karena karakteristik fisik mereka yang tidak biasa. Dengan gigi depan atas berbentuk-pembuka kaleng dan dua jari yang luar biasa panjang, apatemyid telah dibandingkan dengan berbagai hewan, dari oposum hingga pelatuk.
“Hanya ada beberapa contoh dalam sejarah mamalia di mana Anda akan menemukan semacam adaptasi ekologis yang sangat aneh,” kata Bloch.
Seperti metode pelatuk mencari makan, L. kayi menggunakan ketukan dalam mencari makanan, atau mengetuk-ngetuk pohon untuk menemukan lokasi serangga. Tinggi hewan ini kurang dari satu kaki, mampu melompat di antara pohon-pohon, dan tampak seperti seekor tupai dengan beberapa jarinya yang sangat panjang, mirip dengan aye-aye, lemur asal Madagaskar, kata Bloch.
Apatemyid telah tersimpan selama puluhan juta tahun dan sangat dikenal berasal dari Eropa dan Amerika Utara.
Paleontolog vertebrata Universitas Florida, Jonathan Bloch, memperlihatkan dua fragmen tengkorak dari mamalia punah L. kayi untuk menunjukkan seperti apa tengkorak lengkapnya akan terlihat, mirip dengan tengkorak dari tikus kesturi pohon masa sekarang yang berasal dari Asia Tenggara. (Kredit: Museum Florida, foto oleh Kristen Grace)
Kerangka analisis dalam publikasi itu dipulihkan dari batu kapur air tawar di Cekungan Bighorn oleh penulis mitra, Peter Houde, dari Universitas New Mexico State. Terletak di sebelah timur Taman Nasional Yellowstone di Wyoming, situs tersebut dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia untuk mempelajari evolusi mamalia selama 10 juta tahun setelah kepunahan dinosaurus, kata Bloch.
Mary Silcox, penulis pertama studi dan peneliti di Museum Florida, mengatakan pemindaian spesimen ini dimulai sekitar 10 tahun yang lalu, selama kerja pasca-doktoralnya di Universitas Pennsylvania State.
“Ini tidak seperti CT medis, ini sebenarnya CT scanner untuk industri,” kata Silcox, asisten profesor antropologi di Universitas Toronto Scarborough. “Karena ini adalah hewan kecil, kami perlu mempelajarinya pada resolusi yang sangat tinggi. Data CT resolusi tinggi adalah bagian penting.”
Hasil scan resolusi tinggi bagian kerangka Labidolemur kayi, data penting untuk mempelajari secara detail fosil dari spesies berukuran kecil. (Kredit: PaleoView3D)
John Wible, kurator mamalia di Museum Sejarah Alam Carnegie, dan salah satu peneliti yang meninjau studi tersebut, mengatakan pihaknya menyediakan informasi berharga untuk memahami hubungan evolusi mamalia.
“Sekarang jelas bahwa setiap penilaian asal-usul primata di masa depan akan perlu menyertakan apatemyid,” kata Wible. “Apatemyid bukanlah akhir buntu yang ganjil, tetapi merupakan anggota yang signifikan dari sejarah kita sendiri.”
Sumber:
sciencedaily.com
paleoview3d.marshall.edu
Berita di atas berasal dari bahan-bahan yang disediakan oleh Universitas Florida.
Referensi Jurnal:
Mary T. Silcox, Jonathan I. Bloch, Doug M. Boyer, Peter Houde. Cranial anatomy of Paleocene and Eocene Labidolemur kayi (Mammalia: Apatotheria), and the relationships of the Apatemyidae to other mammals. Zoological Journal of the Linnean Society, 2010; DOI: 10.1111/j.1096-3642.2009.00614.x

sumber link: http://www.faktailmiah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar