Minggu, 23 Januari 2011

Lebah Pakai Matahari untuk Bangkitkan Listrik

VIVAnews - Para ilmuwan sudah mengetahui bahwa oriental hornet, atau lebah oriental untuk alasan yang tidak diketahui, mampu memproduksi listrik di dalam kerangka tubuhnya. Akan tetapi, Marian Plotkin, peneliti dari Tel-Aviv University memutuskan untuk meneliti lebih lanjut.

Bersama timnya, Plotkin mencari tahu bagaimana lebah bisa memproduksi listrik. Setelah melakukan penelitian, ternyata diketahui bahwa pigmen pada jaringan kuning lebah mampu menangkap cahaya. Setelah itu, oleh jaringan coklat, cahaya itu diubah menjadi listrik.

Sebagai informasi, jaringan coklat milik lebah mengandung melanin, pigmen yang melindungi sel kulit manusia dari penyerapan sinar ultraviolet yang berpotensi berbahaya.

Meski begitu, Plotkin menyebutkan, untuk apa listrik itu digunakan masih belum diketahui.

Dari penelitian itu, diketahui juga bahwa sel pada lebah hanya mampu menghasilkan energi dengan efisiensi hanya 0,335 persen. Sebagai gambaran, pembangkit listrik tenaga Matahari buatan manusia saat ini mampu menghasilkan energi dengan efisiensi 10 sampai 11 persen.

“Lebah masih mendapatkan mayoritas energinya dari makanan yang ia makan,” kata Plotkin, seperti dikutip dari National Geographic, 18 Januari 2011. “Meski begitu, kemampuan membangkitkan listrik itulah yang menjadi inti penelitian ini,” ucapnya.

Alasannya, kata Plotkin, kita sudah mengetahui bahwa tanaman dan bakteria memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi. “Akan tetapi, pemanfaatan matahari sebagai sumber energi pada hewan belum pernah diketahui,” ucapnya. (umi)
• sumber : VIVAnews

Peneliti Temukan Spesies Hewan Baru

VIVAnews - Peneliti di Spanish Institute of Oceanography (IEO) mendapati spesies yang sama sekali baru. Spesies ini merupakan yang ketiga yang ditemukan di kawasan Cachucho Marine Protected Area, Spanyol.

Setelah komunitas ilmiah menyepakati bahwa Haplomesus longiramus dan Liropus cachuchoensis, kini Politolana sanchezi menjadi spesies hewan ketiga yang ditemukan di kawasan itu dan diakui keberadaannya. Hewan air berbentuk seperti udang ini pertamakali ditemukan di selatan Bay of Biscay.

Oleh Inmaculada Frutos (peneliti dari Spanish Institute of Oceanography), Jean Claude Sorbe (dari National Center for Scientific Research of France, CNRS) memublikasikan temuannya di jurnal Zootaxa.

Politolana sanchezi, spesies crustacean berukuran sekitar 2 sentimeter ini tinggal di bawah air dengan kedalaman antara 480 sampai 829 meter. Ia ditemukan di sekitar selatan Bay of Biscay hingga kawasan barat Galicia.

Crustacean kecil ini juga bisa menggali hingga 5 sentimeter di dasar laut yang berlumpur serta berenang hingga ketinggian 1 meter di atas dasar laut. Dari eksperimen yang dilakukan, diketahui bahwa Politolana sanchezi memiliki perilaku seperti pengumpul sampah dan mencampurkan sedimen.

El Cachucho sendiri merupakan kawasan pusat keragaman biologi. Khusus crustacean saja, lebih dari 40 spesies ditemukan di kawasan tersebut. Tiga spesies baru, termasuk Politolana sanchezi ditemukan dalam waktu satu tahun terakhir.

Proses pemaparan spesies baru memang berjalan cukup lambat. Tidak hanya perlu menjelaskan hewan dan sifat serta kemampuannya, akan tetapi temuan itu juga perlu dievaluasi oleh komunitas ilmiah untuk memastikan bahwa spesies yang baru ditemukan belum pernah didapati pula di kawasan lain di seluruh dunia.
• sumber : VIVAnews

Pemicu Kiamat 2012 Berkurang Satu

VIVAnews - Isu tentang kiamat di tahun 2012 masih menjadi topik hangat. Tidak sedikit kelompok yang mengisyaratkan bahwa kiamat benar-benar akan terjadi tahun depan, mulai dari Suku Maya sampai ilmuwan modern.

Segelintir ilmuwan modern mengatakan bahwa kiamat 2012 nanti sedikit banyak dipengaruhi oleh ledakan sebuah bintang berukuran raksasa bernama Betelgeuse. Dan, informasi ini sempat santer terdengar, terutama di kalangan ilmuwan astronomi.

Betelgeuse adalah bintang raksasa yang sekarat. Jika dilihat kondisinya, ia telah mencapai baris akhir usianya dan saat ini sedang bergejolak menciptakan gelembung gas raksasa untuk yang kemudian meledak menjadi supernova satu waktu.

Ukuran Betelgeuse sangat besar dan luar biasa megah, sebab itu ketika ia menjadi supernova diperkirakan akan memporakporandakan galaksi di sekitarnya. Untungnya, drama ini terjadi 640 tahun cahaya di konstelasi Orion. Menurut perhitungan ilmuwan, ledakan supernova tersebut tidak berdampak terlalu besar bagi tata surya.

Betelgeuse adalah selebriti di antara bintang-bintang yang tertangkap oleh lensa para astronom. Layaknya selebriti, ia selalu menjadi bahan pembicaraan kapan saja, karena alasan apa pun, hingga hari ini ia membuat gelombang pesan baru di Twitter yang rata-rata berisi: "Betelgeuse akan meledak! Segera! Mungkin sekitar 2012!"

Sampai akhirnya, muncul sebuah artikel di kantor berita Australian News.com.au. Di tengah-tengah membacanya, Anda akan pikir jurnalis tersebut berhasil membuat artikel terheboh di dekade ini. "NEWS FLASH: Ledakan Betelgeuse akan menjadi peristiwa penting paling sensasional. Ia selalu dibicarakan di tabloid-tabloid beberapa tahun terakhir."

Namun, isu itu semakin pudar sejak muncul penelitian yang mengatakan massa bintang itu menyusut. Tapi, seperti temuan yang ditunjukkan para astronom, susut tersebut bisa menjadi bagian dari siklus alami atau masuk ke fase tidak simetris. Kita tunggu saja waktunya. (umi)
• sumber : VIVAnews

Bumi Akan Punya Dua Matahari Selama Seminggu

VIVAnews - Untuk periode beberapa pekan di akhir tahun ini, planet Bumi akan memiliki dua buah “Matahari”. Ini terjadi ketika salah satu bintang paling terang yang biasa hadir di malam hari meledak.

Supernova, atau ledakan bintang itu akan menghadirkan pertunjukan cahaya yang paling terang sejak pertamakali planet Bumi terbentuk.

Menurut prediksi Brad Carter, dosen fisika senior dari University of Southern Queensland, Australia, cahayanya akan sangat terang sampai-sampai malam akan menjadi seperti siang hari selama satu atau dua minggu.

Sumber cahaya itu adalah Betelgeuse, yang berada di konstelasi Orion, berjarak 640 tahun cahaya dari Bumi. Bintang merah super raksasa ini sedang menuju akhir hayatnya dan akan meledak.

“Saat ia meledak, ia akan terbakar dengan sangat terang dan Bumi akan tampak seperti memiliki dua buah Matahari,” kata Carter, seperti dikutip dari Daily Mail, 22 Januari 2011.

Namun demikian, belum dapat dipastikan kapan bintang itu akan meledak. “Jika Betelgeuse tidak meledak di akhir tahun ini, bisa jadi bintang itu baru akan meledak beberapa juta tahun ke depan,” ucapnya.

•sumber: VIVAnews