Senin, 18 Oktober 2010

Matahari “Bercincin” Pelangi


Masyarakat Pagaralam dan Lahat kemarin (14/10) sekitar pukul 11.00 hingga 13.30 WIB dikejutkan munculnya fenomena unik yang jarang terlihat. Di sekeliling matahari dilingkari pelangi. Informasinya, fenomena ini kerap telihat di saat peralihan iklim, yang menandakan mendekati musim panas atau kemarau panjang.
Sayangnya, tak semua sudut Kota Pagaralam bisa melihat fenomena ini. Pasalnya, saat terjadi fenomena tersebut cuaca dalam keadaan mendung sehingga matahari tertutup awan. Barulah sekitar pukul 12.00 WIB hingga 13.00 WIB saat panas terik dengan posisi matahari persis di atas kepala. Rentang waktu ini, penampakan fenomena ini bisa terlihat jelas khususnya bagi masyarakat di Gunung Gare.
Tomi (27) warga, mengaku baru sekali ini melihat fenomena alam yang sangat indah tersebut. ‘’Saya tak tahu pasti apa nama fenomena tersebut begitupun penyebabnya. Jelasnya, itulah rahasia alam semesta di balik kebesaran yang Maha Kuasa,’’ ujarnya.
Kepala Badan Kesbangpol Linmas PBK Pagaralam Drs Yapani Rahim Sip MM mengatakan, menurut cerita orang tua dulu kejadian seperti ini pertanda bakal datangnya musim kemarau panjang.
Di Lahat, keberadaan matahari bercincin ini juga menghebohkan pegawai Pemkab Lahat. ‘’Ai aneh nian yo, tapi kalo di lihat agak lamo, mataharinyo jadi tambah cantik. Apolah itu yo,” ungkap Mail (30), pegawai.
Kepala Kantor Kementerian Agama Indonesia (Kakanmenag) Lahat KH Ramlan Fauzi Mpdi mengatakan, ini sepenuhnya kuasa Tuhan dan tak satupun umatnya bisa memprediksikannya. ‘’Subhanallah adalah kata-kata yang bisa kita ucapkan. Semua kembali pada kuasa Allah, dan kita selaku hamba-Nya hanya bisa menerima serta pasrah saja,” ungkap Ramlan. (44/mg25)

http://www.sumeks.co.id

Proses terjadinya matahari bercincin:   

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tanjungpandan, Catur Priyanto Hadi, menjelaskan, peristiwa matahari bercincin sebetulnya hal biasa. Menurutnya, sinar cincin yang mengelilingi matahari disebabkan efek pembiasan cahaya matahari akibat menabrak kristal es yang terkandung dalam awan cirrus. Peristiwa seperti itu biasa disebut efek halo.

“Awan cirrus itu kan dari kristal-kristal es. Karena langit cerah matahari membiaskan kristal-
kristal es awan itu. Jadilah kayak ada pelangi mengelilingi matahari,” jelas Priyanto
Proses terjadinya peristiwa matahari bercincin hampir sama dengan proses terjadinya pelangi setelah turun hujan. Hanya saja pembiasan peristiwa matahari bercincin terjadi di angkasa, tidak seperti pelangi yang kadang terlihat menyentuh tanah.

“Kalau habis hujan itu kan dia di bawah, kalau ini awannya meninggi,” tambah Priyanto.
Fenomena matahari bercincin ini, menurut Priyanto,
Menurut Priyanto, lingkaran cincin yang dilihat oleh masyarakat Belitung terlihat pada ketinggian sekitar 9.000 meter. Sedangkan luas lingkarannya bisa terlihat berbeda, tergantung sudut pandang orang yang melihat.
Fenomena yang oleh para ahli disebut efek halo ini terjadi pada siang hari. Lingkaran yang mengeliling matahari itu berwarna-warna seperti pelangi. Dalam jarak sangat jauh dari lingkaran terluar itu tampak pelangi berwarna-warni, meski tak terbentuk sempurna.

Selain itu tampak jelas pula bayangan hitam yang berada di sekitar matahari. Efek halo pada matahari terjadi saat cuaca cerah. Tak tampak ada awan mendung di sekitar matahari itu. Yang terlihat hanyalah gumpalan awan seputih kapas dan awan tipis berwarna putih seperti sedang tersapu angin. Langit pun berwarna biru cerah.

Ketika fenomena ini muncul, banyak masyarakat yang ikut menyaksikan. Tak sekedar menyaksikan saja, bahkan peristiwa yang cukup jarang terjadi ini diabadikan dengan kamera handphone maupun kamera digital. Tak sedikit pula yang mencoba menyaksikan dengan mata telanjang, kendati harus melindungi mata dengan tangan.

Debu Berlian

Dalam situs wikipedia, efek halo juga dikenal sebagai nimbus, icebow atau gloriole adalah fenomena optik yang dihasilkan oleh kristal es yang membuat busur berwarna putih dan bintik-bintik di langit.

Fenomena halo juga dapat terbentuk di sekitar lampu buatan di cuaca sangat dingin ketika kristal es yang disebut debu berlian, mengambang di udara di dekatnya. Ada banyak jenis es halo. Es halo ini dihasilkan oleh kristal es di awan cirrus tinggi (km 5-10, atau 3-6 mil) di atas troposfer. Bentuk tertentu dan orientasi kristal mempengaruhi jenis halo yang diamati.
(BangkaPos)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar